Makalah Kerajaan
Singasari
Komang Okky Brawida Dewantara (22)
I Gede Tinton Krisna Prawira (13)
Afina Jahara Syalabi (1)
I Made Kusuma Danayasa (16)
I Gusti Ngurah Kadek Erland Kusuma (10)
Gede Yoga Sucipta (21)
SMK NEGERI 3 SINGARAJA
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga Makalah dengan judul KERAJAAN DAN SINGASARI INI dapat saya selesaikan.
Saya tetap berharap
makalah ini dapat berguna untuk orang lain yang membutuhkan informasi tentang
KERAJAAN KEDIRI DAN SINGASARI. Oleh karena itu, Saya juga berharap anda puas
dengan kajian informasi sederhana yang ada dalam makalah ini. Makalah ini saya
buat sebagai bentuk kepedulian saya akan kurangnya penjelasan materi tentang
KERAJAAN KEDIRI DAN SINGASARI dalam beberapa buku referensi yang telah saya baca sebelumnya. Selain itu,
saya juga berniat membuat makalah ini karena adanya tugas dari guru yaitu
membuat makalah yang berkaitan dengan mata pelajaran Sejarah .
Akhir kata, terima
kasih ke semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
memberiakan bantuan dalam menyusun tugas makalah ini, dan saya meminta maaf
bila makalah ini kurang sempurna. Semoga makalah ini bermanfaat untuk bagi para
pembaca.
Singaraja,10 Maret 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................
i
DAFTAR ISI...........................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................1
Latar Belakang Kerajaan Kediri dan Singasari.......................1
Perumusan
Masalah..................................................................1
Tujuan......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................2
Pengertian.................................................................................2
Awal Berdirinya Kerajaan
Kediri...............................................2
Sumber Sejarah Kerajaan
Kediri...............................................2
Letak Lokasi Kerajaan
Kediri...................................................3
Masa Perkembangan Kerajaan
Kediri ………………………..4
Sistem Pemerintahan Kerajaan
Kediri……………………….. 5
Aspek Kehidupan Masyarakat
Kerajaaan Kediri…………….. 8
Runtuhnya Kerajaan
Kediri………………………………….. 9
Awal Berdirinya Kerajaan Singasari........................................ 10
Keadaan Alam di daratan tinggi Malang Keraaan Singasari...... 10
Keadaan Geografis Politik Kerajaan Singosari……….. 10
BAB III PENUTUP...............................................................................11
Kesimpulan...............................................................................11
Saran........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kerajaan Kediri
Dalam pelajaran sejarah
kelas X kita belajar tentang kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang pernah berdiri
di Indonesia, salah satunya adalah Kerajaan Kediri. Kerajaan Kediri adalah
kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12 tepatnya pada tahun
1042-1222. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram kuno. Pusat
kerajaannya terletak di dekat tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah
menjadi jalur pelayaran yang ramai. Ibukota kerajaan ini adalah Daha (yang
berarti kota api), yang terletak di sekitar kota Kediri sekarang. Untuk lebih
jelasnya, saya membuat makalah ini dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui
tentang Kerajaan Kediri, sehingga pembaca dapat memahami dan mengetahui salah
satu kerajaan besar di Jawa Timur.
Latar
Belakang Kerajaan Singasari
Jawa timur sudah didiami oleh
penduduk yang cukup padat sebelum raja Balitung, yaitu khususnya di sepanjang
lembah Sungai Brantas. Sungai Brantas dijadikan modal utama untuk mendirikan
kerajaan besar yang bersumbu padanya. Di jawa timur pada waktu itu tersebar
banyak kerajaan-kerajaan kecil yang masing-masing berdaulat di daerah-daerah
rendah yang dan Kawi Kelud. Kondisi geografis Jawa Timur yang seperti itu
menjadikan sistem pemerintahan tidak sentral. Belum juga terhitung daerah
pertanian di dataran tinggi Malang yang pada waktu itu ditempati oleh Tumapel.
Sungai Brantas sebagai urat nadi
kerajaan-kerajaan di Jawa Timur yang juga ditentukan oleh kehadiran
gunung-gunung api yang mengapit aliran sungai tersebut dari hulu, hilir sampai
dengan muaranya. Sungai Brantas seakan-akan seperti rubuh ular yang melingkar
dengan letak kepala yang mendekati ekornya. Kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa
Timur selain berurat nadi pada Sungai Brantas juga lokasinya mengelilingi
Gunung Penanggungan, seperti Daha, Kahuripan, Majapahit, Jenggala, dan Tumapel.
Sungai Brantas memiliki pola aliran air yang melingkar, dimana mata airnya ada
di lereng kompleks Gunung Arjuno-Anjasmoro.
Pola yang
melingkar ini yang melahirkan bagian-bagian hilir dan hulu yang masing-masing
dapat melahirkan kegiatan-kegiatan ekonomis dan politis dari kerajaan-kerajaan
yang berdiri. Diantara hulu dan delta Sungai Brantas tersebut, ada salah satu
kerajaan yang berdiri yaitu kerajaan Singosari dimana letak ibu kotanya adalah
bertempat di dataran rendah Pasuruan sampai daerah Lawang. Di Dataran Tinggi
Malang tepatnya di daerah sebelah timur Gunung Kawi merupakan daerah yang
beriwayat.
Salah satu
raja yang tersohor adalah Ken Arok yang mulai kecil sampai wafatnya di habiskan
di dataran tinggi Malang. Keadaan tanah yang subur, iklim yang dingin tetapi
kering serta di dukung dengan adanya sungai Brantas menyebabkan daerah ini
selalau memegang peranan penting.
Kerajaan Singosari terletak di
sebelah timur Gunung Kawi di hulu Sungai Brantas di daerah Jawa Timur. Pada
abad 13 Singosari hanya merupakan desa kecil yang tidak berarti. Keadaan itu
lambat laun berubah bertepatan dengan munculnya seorang pemuda bernama Ken Arok
dari desa Pangkur, yang berjaya meruntuhkan kerajaan Kediri dan merebur
kekuasan raja Kertajaya pada tahub 1222. Sejak itu ia mendirikan kerajaan
berpusat di desa Kutaraja. Pada tahun 1254 nama Kutaraja diganti dengan nama
Singosari oleh cucunya yang bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singosari menguasai
wilayah jawa timur dari tahun 1222 sampai tahun 1292.
Perumusan
Masalah
Bagaimanakah awal
berdirinya kerajaan Kediri?
Apa saja Sumber sejarah
kerajaan Kediri?
Dimana letak lokasi
kerajaan Kediri?
Bagaimana masa
perkembangan kerajaan Kediri?
Bagaimana sistem
pemerintahan kerajaan Kediri?
Bagaimana aspek
kehidupan masyarakat kerajaaan Kediri?
Apa penyebab runtuhnya kerajaan
Kediri?
Bagaimana Keadaan
Alam di daratan tinggi Malang Keraaan Singasari?
Bagaimana Keadaan
Geografis Politik Kerajaan Singosari?
Bagaimanakah awal
berdirinya kerajaan Kediri?
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan
makalah ini adalah :
1
Umum : Untuk mengetahui tentang berdiri
kerajaan Kediri dan Singasari masa perkembangan dan pemerintahan kerajaan
Kediri dan Singasari.
2
Khusus : Untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Sejarah mengenai kerajaan Kediri dan Singasari.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Kerajaan Kediri adalah kerajaan besar di Jawa Timur
yang berdiri pada abad ke-12 tepatnya pada tahun 1042-1222. Kerajaan ini
merupakan bagian dari Kerajaan Mataram kuno. Pusat kerajaannya terletak di
dekat tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang
ramai. Ibukota kerajaan ini adalah Daha (yang berarti kota api), yang terletak
di sekitar kota Kediri sekarang.
Awal
Berdirinya Kerajaan Kediri
Pada tahun 1019 M, Airlangga dinobatkan menjadi raja
Medang Kamulan. Airlangga berusaha memulihkan kembali kewibawaan Medang
Kamulan, setelah kewibawaan kerajaan berahasil dipulihkan, Airlangga
memindahkan pusat pemerintahan dari Medang Kamulan ke Kahuripan. Berkat jerih
payahnya, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran. Menjelang akhir
hayatnya, Airlangga memutuskan untuk mundur dari pemerintahan dan menjadi
pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga meninggal pada tahun 1049 M.
Pewaris tahta kerajaan Medang Kamulan seharusnya
seorang putri yaitu Sri Sanggramawijaya yang lahir dari seorang permaisuri.
Namun karena memilih menjadi pertapa, tahta beralih pada putra Airlangga yang
lahir dari selir. Untuk menghindari perang saudara, Medang Kamulan dibagi
menjadi dua yaitu kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan, dan kerajaan
Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Dhaha. Tetapi upaya tersebut mengalami
kegagalan. Hal ini dapat terlihat hingga abad ke 12, dimana Kediri tetap
menjadi kerajaan yang subur dan makmur namun tetap tidak damai sepenuhnya
dikarenakan dibayang- bayangi Jenggala yang berada dalam posisi yang lebih
lemah. Hal itu menjadikan suasana gelap, penuh kemunafikan dan pembunuhan
berlangsung terhadap pangeran dan raja – raja antar kedua negara. Namun
perseteruan ini berakhir dengan kekalahan jenggala, kerajaan kembali
dipersatukan dibawah kekuasaan Kediri.
Sumber
Sejarah Kerajaan Kediri
Prasasti-prasasti
menjelaskan kerajaan Kediri antara lain yaitu:
3
Prasasti Banjaran berangka tahun 1052 M
menjelaskan kemenangan Panjalu atas Jenggala.
4
Prasasti Hantang berangka tahun 1052 M
menjelaskan Panjalu pada masa Jayabaya.
5
Prasasti Sirah Keting (1140) tentang
pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Jayawarsa.
6
Prasasti yang ditemukan di Tulung Agung
Kertosono, Berisi masalah keagamaan (Raja Bameswara 1117-1130 M).
7
Prasasti Ngantang (1135 M) tentang Raja
Jayabaya memberi hadiah rakyat desa Nganteng sebidang tanah bebas pajak.
8
Prasasti Jaring (1181 M) tentang Raja
Gandra yang membuat sejumlah nama-nama hewan seperti Kebo Waruga dan Tikus
Janata.
9
Prasasti Kamulan (1194 M) tentang Raja
Kertajaya yang menyatakan bahwa Kediriberhasil mengalahkan musuh di
katang-katang.
Selain dari prasasti-prasasti tersebut, ada lagi
prasasti yang lain tetapi tidak begitu jelas. Dan yang banyak menjelaskan
tentang Kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra seperti kitab
Kakawin Bharatayudha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang
menceritakan tentang kemenangan Kediri (Panjalu) atas Janggala.
Kronik Cina juga banyak memberikan gambaran tentang
kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kediri yang tidak ditemukan dari sumber
lain. Berita tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-mai-tai-t yang
ditulis oleh Choi-ku-fei tahun 1178 M dan kitab Chi-fan-Chi yang ditulis oleh
Chau-ju-kua tahun 1225 M.
Dan di era 2000-an terdapat penemuan situs
tondowongso tepatnya awal tahun 2007 yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan
Kediri. Dalam perkembangan politiknya wilayah kekuasaan Kediri masih sama
seperti kekuasaan Raja Airlangga, dan raja-rajanya banyak yang dikenal dalam
sejarah karena memiliki lencana atau lambang tersendiri.Semua peninggalan
sejarah-sejarah tersebut diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak tentang
perkembangan Kerajaan Kediri dalam berbagai aspek kehidupan
Letak Lokasi
Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri terdapat di Jawa Timur, Kerajaan ini
berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.
Masa
Perkembangan
Tak banyak yang diketahui mengenai peristiwa di
masa-masa awal Kerajaan Kediri. Raja Kameswara (1116-1136) menikah dengan Dewi
Kirana, puteri Kerajaan Janggala. Dengan demikian, berakhirlah Janggala kembali
dipersatukan dengan Kediri. Kediri menjadi kerajaan yang cukup kuat di Jawa.
Pada masa ini, ditulis kitab Kakawin Smaradahana oleh Mpu Dharmaja, yang
dikenal dalam kesusastraan Jawa dengan cerita Panji. Demikian pula Mpu Tanakung
mengarang kitab Kakawin Lubdaka dan Wertasancaya
Raja terkenal Kediri adalah Jayabaya (1135-1159).
Jayabaya di kemudian hari dikenal sebagai "peramal" Indonesia masa
depan. Pada masa kekuasaannya, Kediri memperluas wilayahnya hingga ke pantai
Kalimantan. Pada masa ini pula, Ternate menjadi kerajaan subordinat di bawah
Kediri. Waktu itu Kediri memiliki armada laut yang cukup tangguh. Beliau juga
terkenal karena telah memerintahan penggubahan Kakawin Bharatayuddha, yang
diawali oleh Mpu Sedah dan kemudian diselesaikan oleh Mpu Panuluh.
Raja Kertajaya yang memerintah (1185-1222), dikenal
sebagai raja yang kejam, bahkan meminta rakyat untuk menyembahnya. Ini
menyebabkan ia ditentang oleh para brahmana. Kertajaya adalah raja terakhir
dari kerajaan Kadiri.
Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007,
yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membuka
lebih banyak tabir misteri.
Sistem
Pemerintahan Kerajaan Kediri
Sistem pemerintahan kerajaan Kediri terjadi beberapa
kali pergantian kekuasaan, adapun raja – raja yang pernah berkuasa pada masa
kerajaan Kediri adalah:
SRI
SAMARAWIJAYA (Putra Airlangga)
Sepeninggal Raja Airlangga dan selama kekuasaan
Samarawijaya, Kerajaan Janggala dan Panjalu tidak pernah hidup berdampingan
secara damai. Perebutan kekuasaan terus berlangsung hingga tahun 1042, Mapanji
Garasakan dapat mengalahkan Samarawijaya. Diabadikanlah nama Raja Mapanji
Garasakan (1042-1052 M) dalam Prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang
Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha (Wisnu Naik Garuda). Namun Mapanji tidak
lama memimpin Kerajaan. Tampuk pemerintahan lalu jatuh ditangan Raja Mapanji
Alanjung Ahyes (1052-1059 M) dan kemudian digantikan lagi oleh Sri Maharaja
Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Janggala dan Panjalu menyebabkan
selama kira-kira 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua Kerajaan
tersebut hingga muncullah nama Raja Sri Maharaja Sri Bameswara
SRI JAYASWARA
Tidak diketahui langsung ia adalah pengganti
langsung Sri Samarawijaya.
SRI
BAMESWARA
Raja Sri Maharaja Sri Bameswara (1116-1135 M) dari
Kediri yang menggunakan lancana Candrakapale yaitu tengkorak yang bertaring
diatas bulan sabit. Pada masa pemerintahannya banyak dihasilkan karya-karya
sastra bahkan kiasan hidupnya yang dikenal dalam Cerita Panji.
SRI
JAYABHAYA
Bameswara diganti oleh Sri Maharaja Sri Jayabhaya
(1135-1159 M) yang menggunakan lencana Kerajaan berupa lencana Narasingha yaitu
setengah manusia setengah singa.
Pada masa pemerintahannya Kerajaan Kediri mencapai
puncak kejayaan dan juga banyak dihasilkan karya sastra terutama ramalannya
tentang Indonesia antara lain akan datangnya Ratu Adil. Jayabhaya disebut
sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Ketika ia berkuasa, pertentangan dengan Janggala
berakhir setelah ia dapat menguasai Kerajaan tersebut. Atas kemenangan tersebut
ia memperingatinya dengan memerintahkan Mpu Sedah untuk menggubah Kakawin
(syair) Bharatayudha sebagai peringatan
atas peperangan Kediri dan Janggala. Karena Mpu Sedah tidak sanggup menyelesaikan
Kakawin tersebut, Mpu Panuluh melanjutkan dan menyelesaikannya pada tahun 1157
M. Jayabhaya juga terkenal akan ramalannya yang sering disebut Jangka
Jayabhaya.
Meskipun demikian, kenyataannya 2 pujangga yang
hidup sezaman dengan Prabu Jayabhaya, yakni Mpu Sedah dan Mpu Panuluh sama sekali
tidak menyebut dalam kitab-kitab mereka
( Kakawin Bharatayudha, Kakawin Hariwangsa, Kakawin Gatotkacasraya) bahwa Prabu
Jayabhaya memiliki karya tulis. Kakawin Bharatayudha hanya menceritakan
peperangan antara Kediri dan Janggala. Sedangkan Kakawin Hariwangsa dan Kakawin
Gatotkacasraya berisi tentang cerita ketika sang Prabu Kresna, titisan batara
Wisnu ingin menikah dengan Dewi Rukmini, dari negri Kundina, putri Bismaka.
Rukmini sendiri adalah titisan dari Dewi Sri.
Kakawin
Bharatayudha yang digubah oleh 2 pujangga Kediri merupakan kisah perang
saudara yang diilhami kitab Mahabharata karangan Wyasa Kresna Dwaipayana,
seorang pujangga India. Kitab tersebut mengisahkan perang perebutan takhta
Kerajaan Hastinapura di antara keluarga Kurawa dan Pandawa yang dimenangkan
oleh Pandawa.
Ramalan Jayabhaya atau sering disebut dengan Jangka
Jayabhaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya
ditulis oleh Jayabhaya, raja Kerajaan Kediri. Ramalan ini dikenal pada
khususnya dikalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun temurun
oleh para pujangga. Asal usul utama serat Jangka Jayabhaya dapat dilihat di
kitab Musasar yang digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan
keasliannya tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yang menuliskan
bahwasanya Jayabhaya-lah yang membuat ramalan-ramalantersebut. Isinya :
10 Besuk
yen wis ana kreta tanpa jaran -- kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda
11 Prahu
mlaku ing dhuwur awang-awang -- perahu berjalan di angkasa
12 Kali
ilang kedhunge -- sungai kehilangan mata air
13 Sekilan
bumi dipajeki -- Sejengkal tanah dikenai pajak.
14 Wong
wadon nganggo pakeyan lanang --- Orang perempuan berpakaian lelaki.
SRI
SARESWARA
Sepeninggal Jayabhaya, Kerajaan Kediri dipimpin oleh
Sareswara (1159-1169 M). tidak banyak yang diketahui mengenai raja ini sebab
terbatasnya peninggalan yang ditemukan. Ia memakai lencana Kerajaan berupa
Ganesha.
SRI
ARYESWARA
Sepeninggal Sareswara, Kerajaan Kediri berurut-turut
dipimpin oleh Aryyeswara, Kroncaryyadipa. Kemudian pemerintahan Kerajaan jatuh
ditangan Raja Kameswara
SRI GANDRA
Terdapat sesuatu yang menarik pada masanya. Yaitu
untuk pertama kalinya didapatkan orang-orang terkemuka mempergunanakan
nama-nama binatang sebagai namanya yaitu seperti Kebo Salawah, Manjangan Puguh,
macan Putih, gajah Kuning dan sebagainya.
SRI
KAMESWARA
Raja Kameswara (1182-1185 M) selama beberapa waktu
tidak ada berita yang jelas mengenai Raja Kediri hingga ia muncul. Masa
pemerintahan ini ditulis dalam Kitab Kakawin Smaradhana oleh Mpu Darmaja yang
berisi pemujaan terhadap raja, serta Kitab Lubdaka dan Wretasancaya yang
ditulis oleh Mpu Tan Akung. Kitab Lubdaka bercerita tentang seorang pemburu
yang akhirnya masuk surga dan Wretasancaya yang berisi petunjuk mempelajari
tembang Jawa Kuno. Pada masa ini perkembangan karya sastra mencapai puncak
kejayaannya. Beberapa karya sastra yang muncul selain yang disebut diatas
antara lain Kitab Kresnayana, karya Mpu Triguna ; Kitab Sumanasantaka, karya
Mpu Managuna.
KERTAJAYA
Selanjutnya pada tahun 1185-1222 M yang menjadi raja
Kediri adalah Kertajaya dan raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana
Garuda Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga
tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya,
terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya
menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Aspek
Kehidupan Masyarakat Kerajaaan Kediri
KEHIDUPAN
EKONOMI KERAJAAN KEDIRI
Kediri merupakan Kerajaan agraris maritim.
Perekonomian Kediri bersumber atas usaha perdagangan, peternakan dan pertanian
untuk masyarakat yang hidup di daerah pedalaman. Sedangkan yang berada di
pesisir hidupnya bergantung dari perdagangan dan pelayaran. Mereka telah
mengadakan hubungan dagang dengan Maluku dan Sriwijaya. Kediri terkenal sebagai
penghasil beras, kapas dan ulat sutra. Kerajaan Kediri cukup makmur, hal ini
terlihat pada kemampuan Kerajaan yang memberikan penghasilan tetap pada para
pegawainya walaupun hanya dibayar dengan hasil bumi. Keterangan tersebut
berdasarkan kitab Chi-fan-Chi (1225)
karya Chau Ju-kua mengatakan bahwan Su-ki-tan yang merupakan bagian dari
She-po(Jawa) telah memiliki daerah taklukkan. Para ahli memperkirakan Su-ki-tan
adalah sebuah Kerajaan yang berada di Jawa Timur, dan yang tak lain dan tak
bukan adalah Kerajaan Kediri. Mungkin juga Su-ki-tan sebagai kota pelabuhan yang telah dikenal
para pedagang dari luar negeri, termasuk Cina.
Pemerintahannya sangat memperhatikan keadaan
rakyatnya sehingga pertanian, perdagangan dan peternakan mengalami kemajuan
yang cukup pesat.
Golongan dalam masyarakat Kediri dibedakan menjadi
tiga berdasarkan kedudukan dalam pemerintahan kerajaan, yaitu :
15 Golongan
masyarakat pusat(kerajaan) : masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan
beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
16 Golongan
masyarakat tani (daerah) : golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat
atau petugas pemerintahan di wilayah tani (daerah).
17 Golongan
masyarakat nonpemerintah : golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan
dan hubungan dengan pemerintahan secara resmi atau masyarakat wiraswasta.
Kediri memiliki 300 lebih pejabat yang mencatat dan
mengurus semua penghasilan Kerajaan. Disamping itu ada 1000 pegawai rendahan
yang bertugas mengurusi benteng dan parit kota serta gedung persediaan makanan.
KEHIDUPAN
SOSIAL KERAJAAN KEDIRI
Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik karena
kesejahteraan rakyat meningkat, masyarakat hidup tenang. Dalam kitab
Ling-wai-tai-ta (1178) karya Chou-Ku-fei yang menerangkan bahwa orang-orang
Kediri memakai kain sampai lutut, rambutnya di urai, rumah-rumah telah teratur
dan bersih, lantai ubinnya berwarna hijau dan kuning. Pertanian dan perdagangan
telah maju, orang-orang yang salah didenda dengan emas. Pencuri dan perampok
dibunuh, telah digunakan mata uang perak, orang sakit tidak menggunakan obat
tapi memohon kesembuhan pada Dewa atau kepada Buddha. Tiap bulan ke-5 diadakan
pesta air, alat musik yang digunakan berupa seruling, gendang, dan gambang dr
kayu. Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai maka seni dapat
berkembang antara lain kesusastraan yang paling maju adalah seni sastra
terutama Jawa kuno. Namun, karya-karya sastra pada masa Kerajaan Kediri kurang
mengungkap keadaan pemerintahan dan masyarakat pada zamannya. Pada masa
Kameswara perkembangan karya sastra mencapai puncak kejayaannya.
KEHIDUPAN
BUDAYA KERAJAAN KEDIRI
Abad ke-12 M memiliki arti yang sangat penting dalam
masa selanjutnya. Kerajaan Kediri banyak meninggalkan pelajaran untuk
mengembangkan kerajaannya diantaranya :
18 Suatu
negara bisa maju jika kondisi ekonomi stabil.
19 Keadaan
politik harus stabil agar kekuatan bangsa tidak kurang.
20 Kehidupan
kebudayaan harus diperluas, untuk menambah keyajaan bangsa.
Adapun karya sastra yang dihasilkan pada masa
kereajaan Kediri, yaitu :
21 Kresnayana,
dari zaman pemerintahan Raja jayawarsa.
22 Bharatayuda,
karangan Empu sedah dan Empu Panuluh.
23 Arjuna
Wiwaha, karangan Empu Kanwa.
24 Hariwangsa,
karangan Empu Panuluh.
25 Bhamakarya,
pengarangnya tidak jelas.
26 Smaradhana,
karangan Empu Dharmaja.
27 Wartasancaya
dan Lubdhaka karangan Empu Tanakung.
Runtuhnya
Kerajaan Kediri
Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia
memakai lencana Garuda Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang
bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam
masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal
inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan itu disebabkan Kertajaya dianggap telah
melanggar adat dan memaksa kaum brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para
Brahmana kemudian meminta perlindungan pada Ken Arok di Singosari. Kebetulan
Ken Arok juga berkeinginan memerdekakan Tumapel (Singosari) yang dulunya
merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222 pecahlah pertempuran antara prajurit
Kertajaya dan pasukan Ken Arok di desa
Ganter. Dalam peperangan ini, pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan prajurit
Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat
itu menjadi bawahan Kerajaan Singosari. Runtuhnya kerajan Panjalu-Kediri pada
masa pemerintahan Kertajaya dikisahkan dalam Kitab Pararaton dan Kitab
Negarakertagama.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri
menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat
Jayasabha, putra Kertajaya sebagai Bupati Kediri. Tahun 1258 Jayasabha
digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya
digantikan oleh putranya , yaitu Jayakatwang. Tahun 1292 Jayakatwang menjadi
bupati geleng-geleng. Selama menjadi bupati, Jayakatwang memberontak terhadap
Singosari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam di masa lalu dimana
leluhurnya yaitu Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh
Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kediri, namun hanya
bertahan satu tahun. Hal itu terjadi karena adanya serangan gabungan yang
dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
Sejarah
Kerajaan Singosari
Pada abad ke 13 untuk kedua kalinya
di Malang berdiri kerajaan baru yang bernama kerajaan Singosari. Pendiri
kerajaan ini adalah Ken Arok dengan gelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabhumi,
yang masa pemerintahannya tahun 1222 – 1227.
Menurut kitab Negara Kertagama dan
Pararaton dapat diketahui sejarah kehidupan Ken Arok sebelum menjadi raja
adalah anak dari rakyat biasa yang berasal dari desa Pangkur. Berkat bantuan
Pendeta Loh Gawe, Ken Arok diangkat sebagai anak pungut dan dapat mengabdi
kepada seorang Akuwu (setingkat bupati) di tumapel yang bernama Tunggul
Ametung. Pada waktu itu Tumapel adalah wilayah bawahan Kerajaan Kediri yang
dipimpin oleh Kertajaya. Pada saat mengabdi di Tumapel, Ken Arok tertarik
kepada istri Tunggul Ametung yaitu Ken Dedes. Maka dari itu Ken Arok berusaha
membunuh Tunggul Ametung sehingga ia bias menggantikannya sebagai akuwu di
Tumapel.
Sebagai Akuwu yang baru Ken Arok
tidak mau tunduk di bawah kekuasaan kerajaan Kediri. Ken Arok bekerja sama
dengan para pendeta yang tidak senang dengan pemerintahan Kertajaya, mereka
bertempur melawan raja Kediri dan di desa Ganter Ken Arok dapat mengalahkan
Raja Kediri. Dengan kemenangannya itu sejak tahun 1222 Ken Arok menjadi Raja
Tumapel dan Kediri. Kedua daerah itu akhirnya disatukan dengan ibu kota tetap
di Tumapel yang diberi nama Kuta Raja. Di bawah pemerintahannya kerajaan
Singosari menjadi aman dan tenteram. Tahun 1227 Ken Arok mati dibunuh Anusapati
(anak Tunggul Ametung) yang mmbalas dendam kematian ayahnya. Sejak itu
Singosari dipimpin Anusapati selama 21 tahun (1227-1248). Anusapati dibunuh
oleh Toh joyo (anak Ken Arok dari istrinya Ken Umang), yang membalas dendam
kematian ayahnya. Masa pemerintahan Toh Joyo hanya beberapa bulan karena ia
dibunuh oleh Ranggawuni, anak Anusapati yang membalas dendam atas kematian
ayahnya. Pembunuhan demi pembunuhan terus terjadi di kalangan raja-raja
Singosari karena balas dendam.
Sepeninggal Toh Joyo, tahun 1248
Ranggawuni naik tahta dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardhana yang
memerintah dengan sepupunya bernama Mahesa Cempaka. Tahun 1254 Wisnuwardhana
menyerahkan tahta kerajaan pada puteranya yang bernama Kertanegara. Di bawah
pemerintahan Kertanegara (1268-1292) kerajaan Singosari mencapai puncak
kejayaannya. Kertanegara bercita-cita menjadi penguasa Singosari dan daerah
sekitarnya seluas mungkin. Tahun 1292 pada saat melaksanakan upacara
Tantrayana, Kertanegara dan tokoh-tokoh penting lainnya gugur karena diserang
oleh Jayakatwang dari Kediri. Dengan meninggalnya Kertanegara , maka kerajaan
Singosari berakhir. Jenazah Kertanegara dimuliakan di Candi Jawi dan sebagai
Budha di Sagala. Kertanegara bersama permaisurinya Bajra Dewi dilambangkan
sebagai jiwa dicandikan di Singosari sebagai Bhairawa.
Keadaan Alam
di daratan tinggi Malang
Kabupaten Malang adalah kabupaten
terluas kedua di Jawa Timur setelah Kabupaten Banyuwangi. Sebagian besar
wilayahnya berupa pegunungan. Bagian barat dan barat laut berupa pegunungan,
dengan puncaknya Gunung Arjuno (3.339 m) dan Gunung Kawi (2.652 m). Pegunungan
ini terdapat mata air Sungai Brantas, sungai terpanjang di Jawa Timur .
Bagian timur merupakan kompleks
Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, dengan puncaknya Gunung Bromo (2.392 m) dan
Gunung Semeru (3.676 m). Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Kota Malang sendiri terdiri berada di cekungan antara kedua wilayah pegunungan
tersebut. Bagian selatan barupa pegunungan dan daratan bergelombang. Dataran
rendah di pesisir selatan cukup sempit dan sebagaian besar pantainya berbukit.
Kabupaten Malang memiliki potensi pertanian
dengan iklim sejuk. Daerah utara dan timur banyak digunakan untuk perkebunan
apel. Daerah pegunungan di barat banyak ditanami sayuran dan menjadi salah satu
penghasil sayuran utama di Jawa Timur. Daerah selatan banyak digunakan ditanami
tebu dan hortikultura, separti salak dan semangka.
Dataran tinggi Malang tanahnya
berwarna coklat tua sampai hampir hitam. Ini menandakan bahwa daerah tersebut
di masa lampaunya merupakan suatu danau purba yang kemudian mengalami proses
pengeringan menjadi dataran tinggi, setelah airnya dapat dibuang ke luar
melalui sungai Brantas yang palungnya mewujudkan dasar dari danau tersebut yang
terdalam.
Menurut Mohr danau purba tersebut
mula-mula adalah suatu ledokan (terapit oleh lereng-lereng gunung Semeru di
sebelah Timur, pegunungan Kidul disebelah Selatannya, Gunung Kawi dan Arjuna di
sebelah Baratnya) yang terisi oleh bekuan berbagai tuf dan eflata dari
ledakan-ledakan dari gunung berapi tadi.
Menurut Verbeek dan Fennema, para
geolog Belanda pada awal abad ini, bahan-bahan lava yang membeku tadi
bertumpuk-tumpuk di pinggiran ledokan tadi, sehingga air terhenti dan dengan
demikian terbentuklah rawa-rawa yang akhirnya meningkat menjadi suatu danau.
Kemudian gunung-gunung api sekeliling tadi masih saja melanjutkan Erupsinya
dengan membuang lava dan eflata kedalam ledokan itu sehingga dasarnya terisi
dan menjadi makin mendatar untuk berproses untuk menjadi dataran tinggi Malang,
setelah airnya dapat diluapkan keluar.
Waktu dalam proses mengeringnya
danau itu, muncullah hutan-hutan yang makin meluas dan menyumbangkan lapisan
humus tebal kepada tanah yang ada dibawahnya. Setelah dating penduduk dan hutan
dibuka untuk pertanian, lambat laun terciptalah dataran tinggi dengan pertanian
padi yang maju. Sementara itu curah hujan cukup dan pembagian musim cukup
menguntungkan untuk melahirkan daerah pertanian yang makmur seperti Tumampel
dan Singhasari dikemudian hari.
Kerajaan Jawa Timur yang akan
dibangun tidak dapat dilepaskan dari sumbu perekonomiannya yakni sungai
Brantas, yang bermuara ke laut melalui dua muaranya yaitu sungai Porong dan
sungai Kencana yang kemudian disebut mas. Delta sungai Brantas ini selalu
strategis lokasinya bagi proses berdirinya kekuasaan baru di Jawa Timur, sejak
Sindok.
Keadaan
Geografis Politik Kerajaan Singosari
Sejarah Jawa Timur,terhitung mulai
dari Pugatan (perjuangan raja Erlangga sejak awal abad ke 11) sampai Tarik
(berdirinya Majapahit pada akhir abad ke 13) tidak dapat diuraikan lepas dari
pentingnya sunagi Brantas selain menjadi saksi utama peristiwa-peristiwa
histories yang penting, sungai tersebut melatarbelakangi berbagai fakta sejarah
di Jawa Timur.
Latar belakang kegiatan politis,
sosial ekonomis dan kultural dari kerajaan Panjalu dan Jenggala kemudian Kadiri
dan akhirnya Singhasari terletak dalam nilai kombinasinya bagian-bagian aliran
sungai Brantas yang melingkar seperti ular itu.
Aliran
sungai Brantas dapat dibagi atas tiga bagian:
1.
Hilir atas
Ini
menempati dataran tinggi Malang sekarang yang dulunya ditempati oleh wilayah
induk Tumampel semenjak akuwu Tunggul Amentung berasal, sampai pada masa
bertahtahnya Kertajaya di Kediri (th 1220).
2.
Hilir tengah
Di sinilah
terletak kota Daha (Gelang-Gelang, Gelgelang atau Kediri) yang menjadi ibu kota
kerajaan Panjalu (1041) untuk kemudian menjadi kerajaan Kediri (1045-1222).
Dataran rendah Kediri memanjang dari Selatan ke Utara (persisnya dari
Tulungagung sekarang sampai Kertosono dengan diapit oleh tiga gunung yaitu
gunung Wilis sebelah Barat, komplek gunung Arjuno-Anjasmoro serta Kawi-Kelud di
sebelah Timurnya.
3.
Hilir Bawah
Dataran
rendah ini membujur Barat Timur dari Kertosono sampai Delta sungai Brantas.
Sebelum sampai awal Delta tersebut, terletak pusat kerajaan Majapahit tak jauh
dari Trowulan sekarang di Kabupaten Mojokerto.
Antar Hilir
atas dan tengah, ada daerah Blitar sekarang di Lereng Selatan gunung Kelud itu
terletak candi Penataran. Meskipun ini tak penting untuk di bahas secara
khusus, daerah ini pernah dipotong oleh perbatasan kerajaan Panjalu dengan
Jenggala yang mengikuti garis lurus dari Utara ke Selatan melalui puncak gunung
Arjuna-Anjasmoro dan Kawi-Kelud untuk terus menuju ke Samudra Hindia. Pada
garis itulah terletak Kali Leksa sebagai anak sungai Brantas.
Sungai
Brantas pola alirannya melingkar, mata airnya ada di lereng komplek gunung
Arjuno-Anjasmoro. Pola melingkar inilah yang melahirkan bagian-bagian Hilir
serta Hulunya yang masing-masing menstimulasikan kegiatan-kegiatan ekonomis dan
politis pada pemimpin dari abad ke abad. Antara hulu dan Delta sumgai tersebut
terletak dataran rendah Pasuruan dan daerah Pelana(Zadelgebied) Lawang sekarang
yang pernah ditempati ibu kota kerajaan Singhasari.
Keberadaan
Sungai Brantas sangat berpengaruh terhadap kekuatan politik berbagai kerajaan
di Jawa Timur tinjauan geografi politik seluruh alirannya dari hulu sampai
muara dapat dikuasai oleh satu kerajaan, maka dapatlah kerajaan yang
bersangkutan tumbuh menjadi kombinasi negeri agraris-maritim yang ideal.
Stuktur ini pernah nyata di zaman Erlangga (1037-1389) dengan pusatnya di
Kahuripan. Begitu juga pada jaman Kertanegara (1268 -1389) yang berpusat di
Singhasari.
Erlangga
membagi wilayah kerajaannya menjadi dua bagian sehingga merugikan
masing-masingnya, Panjalu sebagai gudang beras ( hasil dataran rendah kediri
dan çlokasinnya di pedalaman Jawa Timur. Janggala menguasai pelabuhan-pelabuhan
di Laut Jawa akan tetapi tak menguasai daerah pedalaman secara geografis dan
ekonomis.
Pembagian
dua yang sial ini akhirnya mengalami perubahan setelah pihak Kediri atau
Panjalu berhasil merebut delta sungai Brantas sehingga terbuka baginya untuk
mulai mengembangkan suatu kombinasi negeri agraris-maritim yang kemudian dapat
melebarkan sayap kegiatannya ke Nusantara bagian Timur, adapun Jenggala makin
menyempit ke wilayah Singhasari yang mata pencariannya melulu agraris. Kemudian
Kertanegara (1268-1292) mewarisi keadaan yang diciptakan oleh Ranggawuni,
tetapi berupa Negara kombinasi yang setengah sempurna.
Pada
dasarnya ada dua variasi bentuk kombinasi agraris - maritim, yakni yang
sempurna dan setengah sempurna. Yang sempurna dialami pada zaman Erlangga,
Kertanegara dan Hayam wuruk artinya seluruh pola aliran sungai Brantas dikuasai
secara sempurna. Adapun yang setengah sempurna dapat berupa dua bentuk.
Pertama, di
situ hilir tengah (kediri) dan delta-muara sungainya dikuasai oleh satu
pimpinan, sebagaimana terjadi antara tahun 1115 dan 1222 ini meliputi
pemerintahan raja-raja Kameswara I, Jayabaya, Kameswara II, çrengga dan
Kertajaya. Kedua, hanya bagian hilir atas dan bagian delta serta muara sungai
Brantas saja yang dikuasai raja, yakni Ranggawuni (1248-1268) Pada masa itu
Tumapel – Singhasari sebagai pusat dikuasai tentunya. Ditambah daengan pelabuhan
Canggu sebagai pelabuhan dan kunci perdagangan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kerajaan Kediri
Berdasarkan analisa kami dari sejumlah referensi
yang saya baca, saya dapat menyimpulkan beberapa hal tentang Kerajaan Kediri
yaitu :
·
Kerajaan Kediri merupakan salah satu
kerajaan yang besar yang pernah berkuasa di Nusantara.
·
Kerajaan Kediri sudah ada sebelum Raja
Airlangga membagi Kerajaan Mataram Kuno menjadi dua bagian.
·
Kerajaan Kediri sempat menjadi kerajaan
yang kaya dan disegani di Asia.
·
Kerajaan Kediri mengalami 2 kali
pendirian masa, yang pertama saat Airlangga membagi Kerajaan Mataram Kuno, yang
kedua saat Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara.
Kesimpulan
Kerajaan Singasari
Sungai
Brantas sebagai urat nadi kerajaan-kerajaan di Jawa Timur dapat ditelaah
ciri-ciri tanahnya pada setiap lembahnya semunya itu ditentukan oleh kehadiran
gunung-gunung api yang mengapit aliran sungai tersebut dari hulu, hilir, hingga
muaranya. Dan kerajaan di Jawa Timur yang akan dibangun tidak bisa lepas dari
sumbu perekonomian yakni Sungai Brantas.
Latar
belakang geografis kerajaan Singhasari tak dapat dibatasi pada kondisi alamnya
pada abad ke-13 saja. Harus pula diadakan ancang-ancang yang cukup maju kedepan
yakni abad ke-11 dan 12. sebabnya adalah karena sungai Brantas sudah berfungsi
secara ekonomis maupun politis pada masa-masa tersebut mulai dari Pugatan
(perjuangan Erlangga sejak awal abad ke-11) sampai Tarik (berdirinya Majapahit
pada akhir abad ke-13). Selain menjadi saksi utama peristiwa-peristiwa historis
yang penting, sungai tersebut juga melatar belakangi berbagai fakta sejarah di
Jawa Timur.
Salah satu
kerajaan yang pernah berdiri di Jawa Timur yaitu Kerajaan Singosari. Kerajaan
ini terletak di sebelah timur Gunung Kawi di hulu Sungai Brantas di daerah Jawa
Timur. Pada abad 13 Singosari hanya merupakan desa kecil yang tidak berarti.
Keadaan itu lambat laun berubah bertepatan dengan munculnya seorang pemuda
bernama Ken Arok dari desa Pangkur, yang berjaya meruntuhkan kerajaan Kediri
dan merebur kekuasan raja Kertajaya pada tahub 1222. Sejak itu ia mendirikan
kerajaan berpusat di desa Kutaraja. Pada tahun 1254 nama Kutaraja diganti
dengan nama Singosari oleh cucunya yang bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singosari
menguasai wilayah jawa timur dari tahun 1222 sampai tahun 1292.
Saran
Dalam hal ini saya menyarankan agar kita tetap
mengingat kata dari bung Karno beliau berkata “JASMERAH” jangan lupakan sejarah, Maka kita sebagai penerima
warisan (sejarah) hendaknya kita lebigh giat lagi mencari pengetahuan mengenai
sejarag-sejarah masa lampau. dengan demikian kita akan bisa menambahkan rasa
prtiotisme, yang sebagai pemuda-pemudi bangsa sangat penting memiliki jiwa
cinta tanah air, guna membangun bangsa yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA